Kisah Misteri Ajian Jaran Goyang Sujono dan Pujaan Hatinya

Sobat Misteri Tua, pasti sudah banyak doang yang mendengar cerita-cerita misteri. Baik itu horor yang menakutkan atau mungkin horor comedi yang membuat kita merinding namun tetap ada lucunya. Yang pasti semuanya sudah pasti pernah mendengar yang namanya cerita misteri. Cerita ini banyak beredar dikalangan masyarakat kita. Baik dalam bentuk peruah atau larangan serta sesuatu hal yang berhubungan dengan mistis dan keramat. Dan Indonesia sendiri termasuk salah satu dengan segudang cerita misteri yang melatar belakangi pembentukannya serta kultur sejarah yang ada.

Sehingga tidak herian jika bicara tentang misteri tidak membuat kita aneh dan asing. Apalagi cerita yang satu ini Kisah Misteri Ajian Jaran Goyang Sujono dan Pujaan Hatinya mungkin kalian pernah mendengarnya walaupun cerinta sedikit beda. Sebab ditiap daerah akan sedikit beda sesuai dengan kultur dan adatnya. Namun semuanya tetap mengacu pada hal yang sama yaitu mistis. Mistis atau horor selah satu dua hal yang tidak bisa kita lepaskan. Begitu juga dengan Kisah Misteri Ajian Jaran Goyang Sujono dan Pujaan Hatinya mungkin mau tidak mau kita tidak bisa menghindarinya. Atau bahkan disekitar lingkungan kita ada.

Sobat misteri pasti sudah tidak sabar ingin mengungkatp dan mengetahui kisah ceritanya lebih lanjut bukan.nah tanpa panjang lebar dan basa-basi mari kita simak ceritanya berikut ini. Namun semua kejadian dan kisah ini mungkin sedikit fiktif atau tidak sama dengan kejadian yang sebenarnya. Karena ini hanya ilustrasi saja biar kita mudah untuk memahaminya. Dan kisahnya ada dibawah ini selamat membaca

Kisah Misteri Ajian Jaran Goyang Sujono dan Pujaan Hatinya


Sujono seorang pemuda yang tinggal di Jawa Timur, dia hanya petani kecil yang mengerjakan sawahnya yang tak terlalu luas itu pun hanya warisan dari leluhurnya. Sebagai lelaki yang sedang menginjak dewasa, ia telah jatuh hati pada seorang gadis manis tetangga desa.

Sebut saja namanya Paiti.  Putri seorang petani yang cukup kaya secara ekonomi. Paiti sering dijumpai Sujono kala mengirim bekal makanan bagi ayahnya yang menggarap sawah tak jauh dari sawah Sujono.

Witing tresna jalaran saka kulina,(Cinta tumbuh karena sering berjumpa). Sujono pun jatuh hati pada Paiti. Namun, Paiti kurang menanggapinya. Entah mengapa.

Terik matahari begitu panas menyengat kepala dan badan Sujono kala harus mengolah sawahnya  di cuaca panas Banyuwangi. Panas semakin menyengat ketika api asmara (asmaradhahana) membakar hati ketika melihat Paiti lewat tanpa sebuah senyuman yang diharapkan dapat meneduhkan hatinya.

Tiga empat kali panenan padi bukanlah waktu yang pendek untuk menahan gejolak hati yang terkungkung cinta yang dianggapnya bertepuk sebelah tangan. Bujuk rayu lewat bahasa tubuh atau sekedar senyuman Sujono seakan hambar tak berasa bagi Paiti.

Bahkan ketika Sujono berbincang di dangau tengah sawah dengan ayah Paiti saat istirahat pun tidak digubrisnya. Ketika Sujono menawarkan diri menemani pulang pun ditolaknya.

Lelaki pantang menyerah. Cinta ditolak dukun bertindak. Sujono pun menghadap seseorang yang dianggap bisa membantu menaklukkan hati Paiti. Sebut saja Mbah Karso.

Sebagai seorang yang dianggap sesepuh, Mbah Karso yang ingin madhep mandhita tak serta merta memenuhi permintaan Sujono. Mbah Karso ingin mengetahui apakah cinta Sujono hanya cinta erotis tanpa caritas. Ini merupakan perjuangan sendiri bagi Sujono.

Baca Uga : 

Dua kali panenan waktu yang cukup untuk  belajar apa arti mencintai bagi Sujono. Mbah Karso pun rupanya kini mengetahui bahwa cinta yang tumbuh di hati Sujono bukanlah sekedar memiliki Paiti. Ia pun bersedia membantu Sujono untuk menaklukkan Paiti.

Sujono pun diminta mencari bunga panca warna: melati (putih), kantil atau cempaka (kuning), kenanga (hijau), mawar (merah), dan sedep malem (lambang biru). Setelah diberi mantra, kembang tersebut harus disebarkan di mana Paiti sering lewat atau berada.

Tak berapa lama, Sujono pun akan sedikit mendongakkan kepala agak sombong kala Paiti melirik, memandang, bahkan mendekatinya. Takluklah Paiti.

Ilmu pelet seperti jaran guyang, semar mesem, dan sabuk mangir untuk menaklukkan wanita yang dicinta sering kita dengar. Konon ini adalah ilmu pengasihan yang banyak digunakan masyarakat Jawa terutama wilayah timur dan tengah.

Kisah ini Pernah dimuat di Kompasiana "Antara Mitos, Kenyataan, dan Tarian dalam Mantra "Jaran Guyang" oleh Mbah Ukik

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Kisah Misteri Ajian Jaran Goyang Sujono dan Pujaan Hatinya

0 komentar:

Posting Komentar